Instagram icon Whatsapp icon Facebook icon Linkedin icon

Perbedaan Reseller dan Dropshipper, Serta Mana Lebih Untung?

by Lakuuu Team 13 October 2021

perbedaan-reseller-dan-dropshipper
Sobat Lakuuu pasti sudah familiar dengan reseller dan dropshipper. Atau mungkin, Sobat Lakuuu salah satu diantaranya?

Banyak orang yang menyamakan dua istilah ini. Padahal, baik reseller dan dropshipper memiliki perbedaan, khususnya dalam sistem operasionalnya.

Secara keseluruhan, reseller dan dropshipper memiliki model kerja yang cukup mirip, namun ada beberapa hal yang membuat mereka berbeda. Apa saja perbedaan tersebut? Simak informasinya berikut ini!

Apa itu Reseller?


Ringkasnya, reseller adalah kegiatan menjual kembali barang atau produk dari distributor, yang mengharuskan reseller untuk menyetok barang dalam jumlah yang banyak.

Biasanya, para supplier yang diajak kerjasama, akan memberikan harga khusus atau harga yang sedikit lebih murah, sebagai tanda bukti kerjasama kedua belah pihak.

Karena stok produk berada di tangan reseller, maka rangkaian kegiatan pengiriman, seperti packaging, hingga penentuan kurir pengirman akan dilakukan sendiri oleh seorang reseller.

Apa itu Dropshipper?


Sedikit berbeda dengan reseller, seorang dropshipper tidak mengharuskan untuk menyediakan stok produk terlebih dahulu untuk melakukan kegiatan jual beli.

Dropshipper memiliki distributor atau supplier terpercaya untuk menyediakan barang-barang yang berkualitas, dan biasanya para supplier juga akan memberikan harga khusus kepada para resellernya.

Di sini, dropshipper berperan sebagai perantara saja. Dalam arti lain, dropshipper membantu distributor untuk menjangkau lebih banyak target pasar.

Karena dropshipper tidak menyetok produk yang dijual, maka pengiriman barang ke pembeli akan diurus semuanya oleh pihak distributor.

5 Perbedaan Reseller dan Dropshipper


Reseller dan dropshipper sama-sama menguntungkan berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Lalu, apa saja perbedaan di antara keduanya?

1. Stok Barang

Photo by cottonbro from Pexels
Seorang reseller harus menyetok barang yang nantinya akan dijual. Dengan demikian, reseller haruslah memiliki ruang penyimpanan yang kondusif, agar barang jualannya tidak rusak.

Di satu sisi, dropshipper tidak memerlukan gudang atau tempat khusus untuk menyimpan barang dagangannya, mengingat dropshipper tidak diharuskan untuk menyediakan barang untuk dijual.

Biasanya, dropshipper akan bermodalkan foto produk atau gambar, serta deskripsi yang telah disediakan oleh pihak distributor.

Tak jarang, pihak distributor akan menyediakan template khusus untuk mempermudah para dropshipper nya dalam memasarkan produk-produknya.

2. Modal Awal

Photo by cottonbro from Pexels
Reseller memerlukan modal awal yang lumayan besar, selain membeli produk dalam jumlah masif, tidak jarang juga, reseller akan menyewa gudang penyimpanan untuk menyimpan barang jualannya.

Hal ini jelas berbanding terbalik dengan dropshipper yang hanya memerlukan jaringan internet dan device dalam memasarkan produknya.

Sehingga, dropshipper akan sangat cocok bagi Sobat Lakuuu yang ingin mulai mencoba berjualan online, tanpa harus mengeluarkan modal yang besar.

3. Strategi Pemasaran

Photo by Karolina Grabowska from Pexels
Karena stok sudah ada di tangan, maka reseller dapat membawa produk-produk yang dijual untuk diperlihatkan ke calon pembeli.

Sobat Lakuuu juga bisa mengambil gambar produk sesuai keinginan, agar memberikan tampilan menarik saat pembeli melihat katalog produk.

Tidak jarang juga, seorang reseller akan memanfaatkan jasa website builder untuk membangun websitenya sendiri, dan mengatur layout atau tampilan websitenya sesuai keinginan.

Hampir mirip dengan reseller, seorang dropshipper menggunakan berbagai macam platform online, seperti media sosial atau bahkan marketplace untuk menjual barangnya.

4. Resiko

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels
Sebelum memulai bisnis, reseller menyetok barang dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga resiko barang tersebut gagal dijual atau sedikit peminat nya sangatlah tinggi.

Sedangkan, dropshipper tidak harus rugi dalam jumlah yang besar, mengingat dropshipper tidak menyetok atau membeli barang dalam jumlah besar di awal.

Jika Sobat Lakuuu masih ragu untuk menjual produk dalam jumlah besar, maka tak ada salahnya untuk mencoba menjadi seorang dropshipper terlebih dahulu.

5. Profit

Photo by Karolina Grabowska from Pexels
Baik reseller dan dropshipper memiliki perhitungan keuntungannya masing-masing. Satu sisi, reseller tentu akan mendapatkan keuntungan yang melimpah, mengingat supplier memberikan harga khusus kepada para resellernya.

Penentuan harga juga dilakukan oleh reseller itu sendiri, sehingga reseller dapat memasang harga sesuai keinginan pada produk yang dijual.

Bagaimana dengan dropshipper? Dropshipper juga mendapatkan keuntungan dari selisih harga supplier-nya.

Sebagai contoh, harga sepatu di supplier sebesar Rp 250 ribu, kemudian dropshipper menjualnya dengan harga Rp 300 ribu. Maka keuntungan yang akan dropshipper dapatkan adalah Rp 50 ribu.

Pilih Mana, Reseller atau Dropshipper?


Semua itu kembali dari tujuan Sobat Lakuuu dalam memulai bisnis dan modal yang dimiliki.

Apakah Sobat Lakuuu memiliki keinginan yang kuat untuk menjalankan bisnis dan mengembangkannya menjadi lebih besar, ataukah sekedar ingin mendapatkan pundi-pundi tambahan.

Jika Sobat Lakuuu serius untuk mengembangkan karir di bidang jual beli online, dan memiliki modal yang cukup, maka menjadi reseller adalah jawabannya.

Tapi, jika Sobat Lakuuu hanya ingin mendapatkan uang tambahan, tanpa harus bersusah payah berurusan dengan sistem pergudangan atau pengiriman, maka dropship adalah jawabannya.