Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bisa dikatakan sebagai bentuk pertahanan perekonomian Indonesia. UMKM sendiri menyumbang pendapatan negara atau PDB sebanyak 60% pada rentang waktu tahun 2010 sampai 2020. Jadi bisa disimpulkan jika enam dari sepuluh orang terdekat anda adalah para pelaku UMKM di Indonesia.
Semenjak pandemi dan pembatasan-pembatasan diberlakukan, pertumbuhan UMKM di Indonesia bisa dikatakan menurun. Para pelaku UMKM di Indonesia akhirnya melakukan pengurangan aktivitas dan mengalami keterbatasan likuiditas.
Sektor UMKM juga ikut serta dalam penyerapan tenaga kerja,yaitu sekitar 96%. Jika sektor UMKM terganggu maka dipastikan banyak tenaga kerja yang akan kehilangan pendapatan, karena perusahaan UMKM tidak bisa membayar upah tenaga kerja. Pengaruh pertumbuhan UMKM di Indonesia saat pandemi, pendapatan PDB negara menjadi berkurang.
Beberapa hal harus menjadi perhatian pemerintah agar para pelaku UMKM di Indonesia tetap bisa mempertahankan usaha dan bisa menggaji karyawan dengan layak. Hal tersebut sudah diberikan pemerintah melalui stimulus untuk UMKM.
Untuk menolong sektor UMKM agar tidak terjadi kolaps, pemerintah membuat lima skema stimulus untuk UMKM. Pertama, pemerintah memberikan jenis bantuan secara langsung atau BLT kepada pelaku UMKM. Kedua, pemberian insentif pajak bagi para pelaku UMKM yang mempunyai omset di bawah 4,8M. Pengaruh pajak terhadap UMKM cukup membantu karena pelaku usaha tidak lagi membayar pajak PPh.
Selain itu ada pula pemberian relaksasi dan kredit UMKM keringanan yang diberikan dalam bentuk penundaan angsuran bagi para pelaku UMKM di Indonesia yang memiliki kredit KUR BRI hingga penurunan bunga angsuran. Penyelamatan UMKM pada masa pandemi salah satunya adalah ekosistem penjualan digital. Pengaruh e-commerce terhadap pertumbuhan UMKM di Indonesia sudah sangat jelas manfaatnya. Berdasarkan survey, UMKM yang sudah go digital mampu menaikkan pendapatan hingga 100%.
Pembatasan aktivitas yang diberlakukan oleh pemerintah pada saat pandemi membuat masyarakat juga membatasi kegiatan di luar rumah. E-commerce menjembatani masyarakat untuk membeli barang yang dibutuhkan tanpa harus keluar rumah.
Di era pandemi pasar digital adalah solusi paling efektif bagi UMKM untuk tetap menjalankan aktivitas produksi. Menurut lembaga survey, kemungkinan UMKM masih bertahan pada saat pandemi adalah mereka para pelaku UMKM yang sudah sudah memasuki pasar digital.
Tahun 2020 meski pandemi melanda Indonesia, penjualan produk melalui E-Commerce malah meningkat. Hal ini membuktikan bahwa berjualan secara online mampu dijadikan momentum bagi para pelaku UMKM untuk menjual barang produksinya. Dengan tingginya penjualan melalui pasar digital di era pandemi dapat diindikasikan perekonomian Indonesia bisa bangkit lebih cepat.
Bagi Sobat Laku yang baru merintis bisnis UMKM ada beberapa hal yang perlu diingat saat hendak berkecimpung dalam penjualan digital. Lima istilah ini akan sering Sobat Laku temukan dalam Digital Marketing. Yuk simak bersama!
1. Impression adalah jumlah iklan yang tayang di media digital. Saat Sobat Laku membuat iklan bisnis, pasti akan dilihat orang. Banyaknya orang yang menonton masuk dalam kategori impression.
2. Reach adalah berapa pengguna digital yang melihat iklan kita pada media digital. Ada perbedaan reach dengan impression. Impression hanya beberapa kali muncul. Saat Sobat Laku menghitung reach, kita bisa mengabaikan berapa kali orang melihat iklan tersebut. Reach lebih fokus pada jumlah pengguna yang melihat iklan, bukan berapa kali pengguna tersebut melihat iklan.
3. Frequency adalah jumlah rata-rata pengguna saat melihat iklan di media digital. Cara menghitung rata-rata atau jumlah frequency adalah jumlah impression dibagi jumlah reach. Frequency menjadi penting, karena berpengaruh pada berapa kali iklan akan muncul sehingga konsumen akan aware terhadap produk yang akan kita jual.
4. Click Link. Sebenarnya click dan impression saling berkaitan, click link bisa terjadi karena terjadi impression. Sebagai contoh saat Sobat Laku melihat iklan, biasanya akan mengklik link tautan, bukan? Itulah gunanya lnk click. Pengguna bisa melihat dan click berkali-kali.
Hubungan antara impression dengan click link disebut sebagai CDR atau Click Through Rate Percentage. CDR adalah persentase click yang terjadi pada sebuah iklan. Fungsi dari CDR adalah untuk mengetahui apakah iklan yang Sobat Laku pasang sudah dilihat oleh pengguna media sosial.
5. Engagement Rate yaitu merupakan jumlah aktivitas yang meliputi like, komentar, reaksi, share dan lain-lain yang menunjukan kesukaan pada iklan digital. Engagement terjadi setelah impression. Tidak seperti click, engagement biasanya tidak memindahkan pengguna ke laman lain.
Sebagai contoh, jika Sobat Laku melihat iklan dan memencet tombol like hal itu dinamakan engagement. Sedangkan jika Soba Laku mengklik dan diarahkan pada halaman page lain, hal itu disebut click.
Kira-kira engagement rate terbagus berapa ya? Hal ini tentu saja tergantung dengan platform dimana Sobat Laku memasang iklan. Hanya saja, ideal engagement bagus dari 3%-5%.