Pernahkah Sobat Lakuuu mendengar istilah reverse psychology marketing selama ini? Trik ini seringkali berhasil menggugah jiwa penasaran manusia, hingga akhirnya dapat dikonversi menjadi keuntungan fantastis.
Penggunaan psikologi kebalikan sering dijumpai dalam hubungan percintaan, pekerjaan, hingga advertising dan marketing. Tujuannya adalah memanfaatkan sifat alami manusia yang super kepo sehingga melakukan hal lain.
Apakah akan berhasil jika diterapkan pada sebuah usaha tertentu? Pada kebanyakan usaha, ternyata bisa berhasil dan gagal, tergantung perencanaan serta pemanfaatan metode, karena banyak brand besar menggunakannya.
Menggunakan psikologi terbalik mempunyai keunggulan dan kelemahan tersendiri, Sobat Lakuuu perlu mengetahui tentangnya agar tidak salah. Sudah berusaha semaksimal mungkin, namun perencanaannya kurang tepat, maka akan sia-sia.
Reverse Psychology Marketing, Apa Itu?
Reverse psychology, psikologi kebalikan, atau psikologi terbalik merupakan satu istilah sama, dapat dimanfaatkan untuk kegiatan manipulasi atau motivasi. Prof. Dr. Budi Matindas menegaskan, bisa dilakukan dengan counter argument.
Seseorang dapat melakukan manipulasi dengan cara menyuruh orang lain melakukan hal lain (secara berlawanan). Ketika mencoba mempengaruhi orang lain, disitulah psikologi kebalikan mulai diterapkan dan dimanfaatkan.
Sehingga lawan bicara tidak bisa memaksakan pemikirannya sendiri, melainkan mengikuti pemikiran orang lain. Apabila dilakukan konfrontasi, seseorang bisa saja makin menolak serta menjadi lebih defensif.
Daripada meminta orang melakukan sesuatu, metode tersebut dinilai lebih ampuh untuk mendapatkan keinginan dan tujuan tertentu. Misalnya, seseorang akan selalu berpikir bahwa perkataan lawan mempunyai tujuan tersirat.
Dan hal ini memang benar, tidak mudah untuk menyuruh manusia menaati peraturan atau perintah langsung. Seperti contohnya, terdapat peringatan dilarang membuang sampah sembarangan, melarang akan membuat semakin terpacu untuk melakukannya.
Secara umum, alam bawah sadar manusia mempunyai sifat anti mendengarkan hal negatif sehingga pada dasarnya tidak mengenal kata-kata larangan. Meliputi jangan, dilarang, bukan, tidak, dan sebagainya.
Manusia sejatinya memahami bahwa hal tersebut berarti tidak diperbolehkan, namun secara sadar juga tetap melakukan larangan itu. Sebuah sifat alamiah manusia berbuat seperti itu, jadi tidak mengherankan lagi.
Psikologi kebalikan bisa menyentuh sifat kompetitif manusia, ketika dianggap kurang mampu, maka secara alami akan tertantang untuk membuktikannya. Hal sebaliknya juga berlaku pada setiap manusia.
Metode tersebut bisa diterapkan ketika berkomunikasi atau mempersuasi seseorang dengan sifat overconfident alias pede berlebihan. Overconfident menyebabkan seseorang merasa benar sendiri, sehingga masukan apapun tidak bisa diterima dengan baik.
Reverse Psychology Marketing pada Brand Besar
Penggunaan psikologi terbalik sering dijumpai pada bidang marketing serta advertising, untuk membuat para konsumen penasaran. Setelah itu akhirnya mau mencoba membeli sebuah produk dari kampanye menarik itu, berikut contohnya.
1. Volkswagen
Mobil asal Jerman tersebut menggunakan teknik reverse psychology dalam iklan pada tahun 1956 silam. Menggandeng NBA Star, pesannya, siapapun dengan memiliki tinggi kurang dari 6 kaki 7 inci bisa mengendarainya.
2. Patagonia
Pada tahun 2011 silam, Patagonia, sebuah merek fashion dunia merilis produk jaket menggunakan tagline iklan ‘don’t buy this jacket’. Membuat para pemirsa merasa sangat penasaran.
Para konsumen akhirnya merasakan harus mencoba mencari tahu alasan di balik tagline tersebut dengan cara membelinya. Dari sini dapat diketahui bahwa strategi ini sangat berhasil untuk menarik atensi.
3. Zooba
Sebuah gerai makanan asal Mesir, Zooba, mengolok-olok perusahaan sendiri di hadapan para pelanggan pada tahun 2016 lalu. Zooba mengumpulkan banyak ulasan negatif dan mempublikasikannya, sehingga konsumen tertarik untuk membuktikannya.
Reverse psychology marketing ini dilakukan secara besar-besaran, sehingga sempat menghebohkan ketika itu. Bersamaan dengan kampanye ini, ternyata Zooba juga merilis produk sandwich dengan harga lebih terjangkau daripada biasanya.
4. British Army
Bukan hanya brand makanan atau fashion saja, tapi sebuah lembaga Angkatan Darat Inggris juga mengikuti strategi ini. Terdapat sebuah iklan berbunyi,’don’t join the army, don’t become a better you’.
5. Burger King
Burger King berulang kali meluncurkan kampanye menggunakan metode psikologi kebalikan hingga menghebohkan semua orang. Mulai dari menyuruh konsumen pesan ke outlet sebelah hingga perintah untuk mengabaikan iklan.
Sontak hal ini akan membuat para pelanggan atau pemirsa menjadi semakin penasaran dan membelanjakan uangnya pada Burger King. Strategi ini nampaknya cukup menarik perhatian orang-orang dari berbagai kalangan.
Reverse Psychology Marketing, Ini Tips Singkatnya
Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa metode ini sangat cocok diterapkan pada orang yang selalu menolak dan sukar diperintah. Misalnya karakter overconfident, pemarah, mudah dipengaruhi, hingga emosional.
Tantang pemirsa atau audiens, paksakan sebuah pemikiran dan argumen, kontras dari keinginan sesungguhnya. Buat pemirsa berpikir untuk membuktikan sendiri atau berusaha mendapatkan sesuatu tersebut secara sengaja.
Pastikan Sobat Lakuuu yakin dan menanamkan keinginan serta tujuan secara mantap, bila perlu gunakan kalimat tantangan. Misalkan ‘pasti (konsumen) tidak bisa mengendarai ini, kan?’ atau ‘berani coba produk baru (perusahaan)?’.
Dengan kalimat berani dalam kampanye seperti itu, konsumen merasa tertantang dan ingin mencoba sendiri. Strategi reverse psychology marketing bisa dimanfaatkan secara maksimal didukung dengan perencanaan matang.