Instagram icon Whatsapp icon Facebook icon Linkedin icon

Ringkasan Singkat Buku ‘Start with Why’ oleh Simon Sinek

by Lakuuu Team 21 October 2021

ringkasan-buku-start-with-why
Semua hal selalu dimulai dengan pertanyaan “kenapa”. Kenapa melakukan hal itu, kenapa melakukan hal ini, kenapa perusahaan harus menjalankan hal itu, dan kenapa kita sebagai individu harus bangun di pagi hari.

Semua tindakan dan keputusan dalam hidup dimulai dengan pertanyaan “kenapa”. Mungkin, Sobat Lakuuu sudah sering mendengar dengan istilah The Power of Why, yang selalu menanyakan terlebih dahulu, kenapa kita harus melakukan hal tertentu.

Kali ini, Lakuuu akan menginformasikan hal lain dan contoh penerapan “Why” dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan bisnis, berdasarkan buku berjudul “Start with Why”.

‘Start with Why’ Oleh Simon Sinek yang Mengubah Semuanya


Pada tahun 2009, seorang motivator sekaligus penulis buku Simon Sinek, diundang ke acara TED Talk dan membahas ‘How Great Leaders Inspire Action” yang berdurasi sekitar 18 menit.

Semua orang yang menyaksikannya kala itu, dibuat takjub dengan materi dan pembawaan Simon Sinek yang ringan.

Hingga, Simon Sinek menulis sebuah buku yang berjudul “Start With Why” berdasarkan materi yang ia bawakan di TED Talk. Dan tidak membutuhkan waktu yang lama, buku ini laris di pasaran.

Di dalam bukunya, Sinek menjelaskan, mengapa setiap orang termasuk pemimpin, harus mengetahui “Why” di setiap tindakan dan rencana yang dibuat.

“Why” inilah nantinya yang akan menjadi bahan bakar bagi setiap orang, untuk bisa menggapai tujuan yang diinginkan dengan cepat dan mudah.

The Golden Circle


Sinek menggambarkan sebuah lingkaran yang ia sebut sebagai The Golden Circle, agar memudahkan para pembacanya untuk memahami konsep dari “Start with Why”.

Adapun lingkaran ini terdiri dari “Why”, “How”, dan “What” yang masing-masing memegang peranan penting.

1. WHY

Kerap kali sebuah perusahaan atau bahkan diri individu tidak mengetahui alasan kenapa mereka melakukan sesuatu.

Kurangnya kesadaran tentang “kenapa” inilah yang menyebabkan seringnya individu menjadi pesimis dan kehilangan semangat dalam mengerjakan sesuatu.

Hal yang sama juga terjadi pada perusahaan yang menjalankan suatu sistem kerja tertentu. Perusahaan bahkan tidak tahu kenapa mereka melakukan hal tersebut dan apa tujuan pastinya.

WHY adalah tentang sebuah tujuan. Mengapa perusahaan tersebut ada? Mengapa seorang individu bangun lebih awal dan bekerja di pagi hari? Kenapa perusahaan menetapkan angka penjualan tersebut? Dan lainnya.

2. HOW

HOW didefinisikan dengan bagaimana cara melakukan sesuatu dengan baik, sehingga WHY bisa tercapai sesuai dengan yang diinginkan.

HOW lebih berfokus pada sistem. Bagaimana supaya bisa mendapatkan uang dengan nominal tertentu hanya dalam beberapa bulan? Bagaimana cara memenuhi target yang sedikit lagi sudah masuk tenggat waktu? Dan pertanyaan bersifat praktikal lainnya.

3. WHAT

WHAT menjelaskan secara lebih rinci mengenai benefit, kelebihan, fungsi, dan roles apa yang diambil oleh perusahaan atau individu di tengah masyarakat.

WHY merupakan alasan untuk membeli dan melakukan suatu tindakan, sedangkan WHAT merupakan perwakilan dari produk yang berwujud nyata sebagai bukti mewujudkan keyakinan tersebut.

Di dalam bukunya, Simon Sinek juga mengutip mengapa produk Apple sangat unggul daripada kompetitornya, bahkan saat kompetitornya terbukti memiliki performa yang “lebih unggul” daripada Apple.

Faktanya, Apple berkomunikasi dengan para pembelinya dengan menggunakan WHY. Apple’s WHY adalah menentang status quo, dan memberdayakan setiap individu dari berbagai golongan.

Dengan menentang status quo inilah mereka membentuk repeating pattern, yang mana menjadi alasan untuk orang-orang menerima, dan menganggap Apple sebagai sebuah karya seni.

Hanya bermodalkan Why, dan Apple berhasil mendominasi pasar teknologi dunia. Luar biasa bukan? Ini merupakan bukti, selama kita memiliki Why dan mengingat alasan kenapa kita memulai sesuatu, kita bisa mendapatkan apa saja yang diinginkan.

Why untuk merencanakan masa depan


“Why” lebih fokus kepada apa yang ingin kita capai. Tapi sayangnya, sangat sedikit dari mereka yang mampu menjaga “Why” dengan jelas, sehingga mereka kehilangan jati diri dan performa kerja mengalami penurunan

Mereka yang lupa dengan “Why” yang mereka bangun, justru sibuk mengurus perkembangan orang lain, daripada memperbaiki struktur dan diri mereka sendiri.

Lantas, bagaimana cara kita untuk tetap menjaga “Why”?

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengimplementasikan “How”. Mencari tahu dan menemukan strategi yang tepat untuk sampai kepada tujuan merupakan langkah yang sangat bijak untuk dilakukan.

Dengan demikian, perusahaan dapat berkembang dan mencari jalan lain untuk bisa mempertahankan “Why” nya, serta individu juga bisa mengembangkan lagi potensi dan kesempatan yang ada, agar mencapai tujuan dalam hidupnya.